mencari hikmah seluas samudera dibalik HIDAYATULLAH.

Posted by Unknown  |  at  22.58

Hidayatullah lahir pada saat umat Islam sedang menantikan datangnya abad XV H yang diyakini sebagai Abad Kebangkitan Islam. Tema pokoknya pada saat itu adalah “Back to Qur’an and Sunnah”. Hidayatullah adalah sebuah gerakan pemikiran yang mencoba menerjemahkan slogan “Back to Qur’an and Sunnah” secara lebih konkrit sehingga Al-Qur’an dan as-Sunnah menjadi ‘blue print’ pengembangan peradaban Islami.
Hidayatullah memandang bahwa kemunduran umat Islam lebih disebabkan karena pandangan yang parsial dalam memahami keholistikan ajaran Islam. Masing-masing kelompok mengambil tema dan titik tekan program sesuai dengan pandangannya yang sangat parsial bahkan tema dan titik program itu seringkali menjadi semacam ‘ideologi’ kelompok
Sebagai organisasi massa Islam yang berbasis kader, Hidayatullah menyatakan diri sebagai Gerakan Perjuangan Islam (Al-Harakah al-Jihadiyah al-Islamiyah) dengan dakwah dan tarbiyah sebagai program utamanya.
Hidayatullah didirikan pada tanggal 7 Januari 1973 / 2 Dzulhijjah 1392 H di Balikpapan dalam bentuk yayasan sebuah pesantren, oleh Ust. Abdullah Said (alm). Dari sebuah bentuk pesantren, Hidayatullah kemudian berkembang dengan berbagai amal usaha di bidang sosial, dakwah, pendidikan dan ekonomi serta menyebar ke berbagai daerah di seluruh provinsi di Indonesia. Melalui Musyawarah Nasional I pada tanggal 9–13 Juli 2000 di Balikpapan, Hidayatullah mengubah bentuk organisasinya menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas), dan menyatakan diri sebagai gerakan perjuangan Islam.

Ormas Hidayatullah

Sebagai organisasi massa, keanggotaan Hidayatullah bersifat terbuka, demikian pula misi, visi, dan konsep dasar gerakannya. Hidayatullah menjadikan amal-amal usahanya bersifat otonom, dan berfungsi sebagai basis pendidikan dan perkaderan.
Hidayatullah merupakan wadah bagi komponen ummat Islam yang ingin mewujudkan idealismenya membangun masyarakat Islami dengan mengacu kepada metode/manhaj nubuwwah. Hidayatullah berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak, karena itu segala urusan dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Agenda utama Hidayatullah adalah; pelurusan masalah aqidah, imamah dan jamaah (tajdid); pencerahan kesadaran (tilawatu ayatillah); pembersihan jiwa (tazkiyatun-nufus); pengajaran dan pendidikan (ta’limatul-kitab wal-hikmah) menuju lahirnya kepemimpinan dan ummat terbaik.
 
HIDAYATULLAH SEBAGAI RUMAAH CINTA UMAT ISLAM
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, maka damikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat" (QS Al- Hujraat: 10)
 
Rasulullah saw tidak cukup hanya mengajak kaum muslimin untuk memperkuat persaudaraan, mengembangkan silaturrahim, saling mencintai, tolong menolong, dan menyayangi. Beliau juga langsung menerapkannya dalam tataran paraktis dalam masyarakat Madinah yang dikomandaninya. Beliau sendiri langsung mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Rasulullah tidak cuma beretorika bahwa kaum Muhajirin dan Anshar adalah bersaudara. Untuk menguatkan hubungan persaudaraan, cinta, dan solidaritas diantara mereka tidak cukup dibicarakan diatas mimbar. Beliau langsung mempersaudarakan satu per satu (person to person) sehingga kaum Muhajirin habis terbagi dalam persaudaran dengan kaum Anshar.
Sekedar contoh Rasulullah mempersaudarakan Sa’ad bin Rabi’ Al-Anshari dengan Abdurrahman bin Auf. Kepada saudara barunya, Sa’ad berkata, “Sungguh aku adalah orang yang paling kaya diantara kaum Anshar. Aku berniat membagi hartaku menjadi dua bagian, untukku dan untukmu. Aku juga memiliki dua istri, ambilah yang lebih kau sukai. Sebutkan namanya kepadaku, nanti kutalaknya. Jika masa iddahnya telah habis, nikahilah ia.” Abdurrahman menjawab, “Semoga Allah memberkati keluarga dan hartamu. Mana pasar kalian?” Dia lalau menunjukkan pasar. Abdurrahmanpun berdagang, berusaha, menikah, dan akhirnya menjadi salah seorang terkaya di Madinah. (HR. Muslim, Abudaud, Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Rasulullah sangat peduli terhadap masalah persaudaraan ini, sehingga merasa perlu memberi bimbingan melalui yang mendasar sampai yang bersifat praktis. Beliau bersabda “Demi zat yang diriku ditangannya, kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman hinggga kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Tirmidzi).
Mukmin sejati yang akan masuk surga adalah mereka yang mencintai dan dicintai manusia. Cinta dan kasih sayang, menurut hadits diatas merupakan prasyarat keimanan, juga prasyarat untuk masuk surga. Rasulullah tidak bosan-bosannya menyuruh kaum muslimin agar saling mencintai di antara mereka. Sabdanya, ”Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagai mana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i).
Dalam riwayat yang lain beliau bersabda, “Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri maka kamu menjadi muslim” (HR.Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan ayat diatas saya ingin menjadikan Hidayatullah sebagai “Rumah Cinta” bagi kaum muslimin. Disini kita mengembangkan bersama-sama sikap saling menghormati, menghargai, bantu, berbagi, dan mencintai.
Mari jadikan Hidayatullah sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang tulus, ikhlas, dan murni dalam pengabdiannya kepada Allah swt. Cinta yang di bangun karena Allah semata. Bersaudara karena Allah, mencintai karena Allah, dan memberi karena Allah.
“Ya Allah, berilah kami rizki berupa cinta-Mu kepada kami dan cinta orang-orang yang Kau cintai. Ya Allah kami mohon cinta-Mu, cinta orang-ornag yang mencintai-Mu, dan cinta amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu” Amin.

(tulisan ke-2 diambil dari karya ust.Abdurrahman muhammad. (pimpinan umum hidayatullah).

Tagged as:
About the Author

Write admin description here..

0 komentar:

back to top